Mencari Cermin yang Pudar (2/4)


Belajar di Penjara:

Guru tertua ia adalah al-Allamah al-Muhaddits Rabi’ bin Anas al-Khurrsani, salah seorang paling berilmu di masanya. Ada yang unik dengan cara Ibnul Mubarak belajar kepada gurunya ini, di mana saat itu orang-orang tidak dapat berjumpa dan belajar kepadanya, karena gurunya ini sedang berada di dalam penjara, disebabkan kezhaliman penguasa saat itu, maka Ibnul Mubarak bersisasat agar bisa mendengarkan dan meriwayatkan hadis darinya, dan ia pun berhasil meriwayatkan kira-kira 40 hadis darinya.

Sesulit apapun kondisi hamba, dia tetap harus berusaha untuk belajar dan menimba ilmu.

Guru-guru Abdullah bin al-Mubarak

Al-Abbas bin Mush’ab meriwayatkan dari Ibrahim bin Ishaq al-Bunani, ia meriwayatkan bahwa Ibnul Mubarak berkata; “Aku telah belajar kepada 4 ribu guru, dan aku meriwayatkan hadis dari 1000 guru”. Al-Abbas bin Mush’ab berkata: Maka aku pun menelusuri guru-guru yang ia meriwayatkan hadis dari mereka sehingga terkumpul bagiku 800 gurunya. Subhanallah.

Kedudukan Abdullah bin al-Mubarak

Seorang ahli hadis Abu Usamah, Hammad bin Usamah berkata tentang Abdullah bin al-Mubarak,

ابْنُ المُبَارَكِ فِي المُحَدِّثِيْنَ مِثْلُ أَمِيْرِ المُؤْمِنِيْنَ فِي النَّاسِ

“Ibnul Mubarak di kalangan ahli hadis adalah serupa dengan amirul mu’min (penguasa umat) di kalangan manusia secara umum.”

Subhanallah, pada hakikatnya ilmu adalah lebih mulia dan utama dari harta benda dan kekuasaan ataupun jabatan dan kedudukan, simaklah kesaksian seorang yang tinggal di istana raja yang penuh dengan kemewaah dan kelimpahan harta, diriwayatkan bahwa salah satu Ummu Walad khalifah Islam saat itu, yaitu Harun al-Rasyid. Pada suatu waktu Khalifah Harun al-Rasyid berkunjung ke kota Raqqah di Syiria, namun tiba-tiba orang-orang berebut mengikuti Abdullah bin al-Mubarak, sehingga sandal-sandal terputus dan debu berterbangan, maka sang Khalifah ini melongok keluar dari menara istana yang terbuat dari kayu, seraya berkata keheranan,

“مَا هَذَا؟  قَالُوا: عَالِمٌ مِنْ أَهْلِ خُرَاسَانَ قَدِمَ.

قَالَتْ: هَذَا -وَاللهِ- المُلْكُ، لاَ مُلْكَ هَارُوْنَ الَّذِي لاَ يَجْمَعُ النَّاسَ إِلاَّ بِشُرَطٍ وَأَعْوَانٍ”.

“Ada apa ini?”, maka orang-orang yang di sekitarnya berkata, “Ini ada seorang alim ulama dari Khurasan yang datang”. Maka dia pun berkata, “Demi Allah, inilah yang dikatakan kerajaan, bukan kerajaan Harun yang tidak mengumpulkan manusia kecuali dengan pasukan dan hulu baling.”

Kerendahan Hati Abdullah bin al-Mubarak

Ibnul Mubarak adalah orang yang memiliki sifat tawadhu’ (rendah hati) dan jauh dari kesombongan, dikisahkan pada suatu hari bahwa Abdullah bin al-Mubarak menghadiri majlis hadis gurunya Hammad bin Zaid, maka para penuntut hadis itu berkata kepada Hammad: “Mintakan kepada Abi Abdirrahman (yakni Abdullah bin al-Mubarak) untuk meriwayatkan hadis kepada kami”, maka sang Guru berkata

قَالَ: سُبْحَانَ اللهِ! يَا أَبَا إِسْمَاعِيْلَ، أُحَدِّثُ وَأَنْتَ حَاضِرٌ. فَقَالَ: أَقسَمتُ عَلَيْكَ لَتَفْعَلَنَّ.

“Wahai Aba Abdirrahman riwayatkanlah hadis untuk mereka, sesungguhnya mereka telah memohon kepadaku hal ini”.  Abdullah bin al-Mubarak tertengun dengan hal itu seraya berkata, “Subhanallah, Wahai Aba Ismail (kun-yah Hammad bin Zaid) bagaimana mungkin aku meiwayatkan hadis sedang dirimu hadir di sini”, mendengar itu Hammad bin Zaid berkata; “Aku bersumpah kepadamu agar kamu melakukannya”. Maka karena sumpah gurunya ini, terpaksa Ibnul Mubarak menurutinya, dan ia pun berkata “Ambillah, telah meriwayatkan kepada kami Abu Ismail Hammad bin Zaid”, tidaklah ia meriwayatkan satu hadis pun pada saat itu kecuali hadis-hadis yang didengarnya melalui jalur gurunya Hammad”.

Allahu Akbar, beginilah seharusnya akhlaq para ulama, saling menghormati dan saling menghargai, karenanya ilmu mereka bermanfaat untuk umat.

Kebiasaan yang Aneh

Abdullah bin al-Mubarak memiliki suatu kebiasaan yang agak aneh menurut teman-temannya, di mana ia lebih menyukai duduk sendirian di rumahnya dari pada ngobrol bersama teman-temannya, sehingga mereka bertanya:

: أَلاَ تَسْتَوحِشُ؟ فَقَالَ: كَيْفَ أَسْتَوحِشُ وَأَنَا مَعَ النَّبِيِّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- وَأَصْحَابِهِ؟!

“Apakah kamu tidak merasa kesepian?”. Maka ia menjawab, “Bagaimana Aku akan merasa kesepian sedangkan aku bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya radhiallau ‘anhum“, yakni mengkaji sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan atsar para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Subhanallah, seharusnya apabila kita bila merasa bosan di rumah, jenuh dengan rutinitas, maka cobalah mengusirnya dengan membaca kitabullah dan hidup bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya, khususnya ibu-ibu yang berada di rumah.

Kelembutan Hati dan Ketakutannya kepada Allah

Selain keilmuaannya yang matang, Ibnul Mubarak adalah sosok alim ulama yang lembut hatinya, Nu’aim bin Hammad menceritakan bahwa Apabila Ibnul Mubarak membaca buku-buku raqaa-iq (tentang kelembutan hati), maka seakan-akan dia adalah seekor lembu yang disembelih, karena menangis, sehingga tiada seorang pun yang berani bertanya sesuatu kepadanya kecuali akan didorongnya”.

Nuaim bin Hammad juga berkata bahwa pada suatu hari seseorang berkata kepada Ibnul Mubarak, “Aku telah membaca seluruh Alquran dalam satu rakaat”. Ibnul Mubarak berkata kepadanya; “Akan tetapi aku mengetahui seseorang yang semalam suntuk mengulang-ulangi Al Hakumuttakastur sampai fajar terbit, dia tidak mampu untuk melampauinya”.  Dan orang yang dimaksud olehnya adalah dirinya sendiri.

Subhanallah, semakin berilmu seorang, maka akan semakin bertambah rasa takutnya kepada Allah Ta’ala, membaca Alquran yang baik adalah bukan yang cepat dan kilat, sehingga dia tidak dapat menghayati apa yang dibaca, namun yang baik adalah bagaimana mengaji sambil menghayati isi dari firman Allah itu, Allah Ta’ala berfirman:

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu, yang penuh dengan berkah, supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya orang-orang yang mempunyai pikiran mendapat pelajaran.” (QS. Shad:29)

Bersambung…

Oleh: Syafiq Riza Hasan Basalamah MA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KISAH NABI

KISAH SAHABAT

KISAH PILIHAN

Copyright © 2017 | Privacy Policy | Disclaimer | Terms of Service | Sitemap | Kisah Tauladan | Powered by Blogger